Source: ANTARA |
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Irjen Pol Risyapudin Nursin, BTS merupakan bentuk pelayanan angkutan umum perkotaan yang disediakan oleh pemerintah dengan berbagai keunggulan, seperti pelayanan yang lebih baik, keamanan, kenyamanan, ketepatan jadwal, dan tarif yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. "Di program ini, pemerintah membeli setiap kilometer pelayanan angkutan yang dilaksanakan oleh operator angkutan dan pemerintah menjualnya kepada masyarakat dengan tarif/harga yang terjangkau," jelas Risyapudin dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Dari data yang dirilis, sejak pertama kali diluncurkan hingga 2024, program ini mengoperasikan 852 bus dan 111 kendaraan penumpang umum. Pada tahun 2024, jumlah unit bus yang beroperasi sedikit berkurang menjadi 724, sementara jumlah mobil penumpang umum turun menjadi 54 unit. Kendati demikian, jumlah penumpang yang telah dilayani terus bertambah dan mencapai 81.797.835 orang.
Risyapudin menambahkan bahwa skema Buy The Service membantu pemerintah dalam menanggung risiko biaya operasional angkutan umum. Pemerintah juga memastikan bahwa standar pelayanan minimal terpenuhi, serta memberikan subsidi sehingga tarif yang dikenakan lebih terjangkau bagi masyarakat. Program ini merupakan implementasi dari pasal 138 dan 139 UU No. 22 Tahun 2009, yang menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam menyediakan angkutan umum yang aman, nyaman, dan terjangkau.
Dalam kerangka skema ini, pemerintah daerah di tingkat kabupaten/kota juga memiliki kewajiban untuk menjamin ketersediaan angkutan umum bagi masyarakat. "Dengan skema ini, pemerintah berupaya tercapainya pelayanan angkutan umum perkotaan yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan angkutan umum yang lebih baik dari segi pelayanan, keamanan, kenyamanan, ketepatan jadwal, serta terjangkau secara ekonomi oleh seluruh lapisan masyarakat,” tambah Risyapudin.
Saat ini, skema BTS telah hadir di 10 kota di Indonesia, termasuk Trans Metro Deli di Medan, Trans Musi di Palembang, Trans Metro Pasundan di Bandung, Batik Solo Trans di Surakarta, serta Trans Semanggi Suroboyo di Surabaya. Selain itu, program ini juga hadir di kota-kota lain seperti Banyumas, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, dan Balikpapan.
Risyapudin juga menyebutkan bahwa sejak dioperasikan pada tahun 2020, beberapa kota mencatat tingkat keterisian (load factor) yang cukup tinggi. Di antaranya adalah Surabaya dengan tingkat keterisian 50,63 persen, Bandung sebesar 35,17 persen, dan Surakarta dengan 28,98 persen.
Djoko Setijowarno, akademisi dari Program Studi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, memberikan pandangannya tentang tantangan dalam membenahi angkutan umum di Indonesia. Menurutnya, perbaikan angkutan umum tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Perhubungan. "Keikusertaan Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri juga diperlukan. Dan tidak kalah pentingnya alokasi anggaran dari Kementerian Keuangan untuk keberlangsungannya dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK)," ujarnya.
Djoko juga menyebutkan bahwa survei kepuasan pelanggan dilakukan pada periode 1 Mei hingga 8 Juni 2023. Dari 20.735 responden yang terlibat, rata-rata nilai kepuasan pelanggan di 10 kota mencapai 4,62 dari skala maksimal 5,00. Kota Banjarmasin mencatat nilai kepuasan tertinggi sebesar 4,72, sementara beberapa kota lainnya, seperti Surabaya, Banyumas, dan Bandung, masih berada di bawah rata-rata.
Dengan semakin luasnya cakupan layanan Buy The Service, program ini diharapkan mampu terus memenuhi kebutuhan masyarakat akan angkutan umum yang berkualitas, terjangkau, dan nyaman di berbagai kota besar di Indonesia.