Source: ANTARA |
KEDIRITERKINI.ID-Mantan calon presiden Pemilu 2024, Anies Baswedan, berkesempatan memberikan kuliah umum di Sophia University, Tokyo, pada Jumat (20/9) malam. Kuliah tersebut bertajuk "Demokrasi di Tangan Mereka: Bagaimana Kaum Muda Merebut Kepemimpinan di Era Digital".
Menariknya, ini bukan kali pertama Anies hadir di universitas tersebut. 31 tahun sebelumnya, saat masih menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Anies sempat mengikuti program musim panas di kampus yang sama.
Dalam kuliah umum tersebut, Anies menekankan pentingnya peran kaum muda dalam demokrasi modern, dengan menyoroti tiga elemen kunci yang saling terkait, yaitu pemuda, teknologi, dan demokrasi.
“Tiga interseksi ini penting bagi Indonesia dan dunia untuk menjawab tantangan dan melahirkan warna baru dalam demokrasi,” ujar Anies.
Lebih lanjut, ia menguraikan lima alasan utama mengapa pemuda perlu berpartisipasi aktif dalam demokrasi. Alasan tersebut adalah:
1. Keterwakilan dan inklusivitas,
2. Inovasi dan perspektif baru,
3. Stabilitas jangka panjang serta keberlanjutan demokrasi,
4. Literasi digital dan adaptasi teknologi, serta
5. Perspektif global dan keterhubungan.
Anies menjelaskan bahwa keunikan kaum muda terletak pada keterbaruan yang mereka bawa. Mereka sering kali melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda dibandingkan generasi yang lebih tua. Sebagai contoh, Anies menyebut fenomena zebra cross di Dukuh Atas, Jakarta Pusat, yang oleh kaum muda dijadikan sebagai catwalk. Sebaliknya, banyak orang dewasa hanya melihat zebra cross sebagai fasilitas umum untuk menyeberang jalan.
Lebih lanjut, Anies menekankan bahwa jika kaum muda diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam demokrasi, mereka bisa menjadi agen utama dalam pembangunan dan perdamaian. Sebaliknya, jika mereka tidak dilibatkan, hal itu bisa melemahkan demokrasi.
Anies juga berbicara tentang pentingnya meritokrasi dalam politik. Menurutnya, banyak masyarakat Indonesia kurang memperhatikan calon pemimpin daerah atau nasional serta kebijakan pemerintah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan survei yang ia sampaikan, sepertiga dari pemilih baru memutuskan pilihan politik mereka beberapa hari sebelum pencoblosan, dan sebagian lainnya bahkan memilih di saat-saat terakhir.
“Oleh karena itu, meritokrasi penting,” kata Anies. Menurutnya, partai politik memiliki tanggung jawab moral untuk menjalankan proses meritokratis dalam mengusung calon pemimpin. Dengan demikian, siapa pun yang dicalonkan tidak akan berpotensi membahayakan publik. Sebaliknya, jika meritokrasi diabaikan, hal itu dapat melahirkan calon pemimpin yang kurang berkompeten.
Kuliah umum ini dihadiri oleh ratusan peserta dan diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif. Selain itu, Anies juga membagikan buku bagi peserta yang mengajukan pertanyaan.
Sebagai pesan penutup, Anies berpesan kepada mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Jepang agar selalu menampilkan citra terbaik Indonesia di negeri Sakura tersebut.